Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Bukhori Filallahi (16205241052)
JURUSAN
PENDIDIKAN BAHASA DAERAH/ JAWA
FAKULTAS
BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS
NEGERI YOGYAKARTA
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Lunturnya Tata Krama Anak Remaja
Kepada Orang Tua di Dusun Selorejo ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Dan juga penulis berterima kasih pada Ibu Aris Martiana, S.Pd.,
M.Si selaku Dosen mata kuliah Sosio Antropologi Pendidikan yang telah memberikan
tugas ini.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai sopan santun anak kepada orang tua yang baik. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah penulis buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis maupun orang yang membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan penulis memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.
Yogyakarta, 9
Desember 2017
Penulis,
Bukhori Filallahi
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL.................................................................................... i
KATA
PENGANTAR................................................................................. ii
DAFTAR
ISI................................................................................................ iii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang................................................................................... 4
B.
Rumusan Masalahan........................................................................... 5
C.
Tujuan................................................................................................. 5
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Pengertian Sikap................................................................................ 6
B.
Tata Krama Jawa................................................................................ 7
C.
Pengertian
Remaja............................................................................. 7
D.
Perkembangan
Sosial Remaja............................................................ 8
E.
Tata Krama
Remaja di Dusun Selorejo.............................................. 9
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan......................................................................................... 12
B.
Saran................................................................................................... 12
Daftar Pustaka................................................................................................ 13
Lampiran........................................................................................................ 14
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Ciri
masyarakat Indonesia saat ini adalah sebagai masyarakat transisi yang sedang
beranjak dari keadaanya yang tradisional menuju kepada kondisi yang lebih
modern (Sarwono, 1989). Masyarakat Indonesia dihadapkan pada budaya asing yang
berbeda atau bahkan bertentangan dengan nilai-nilai dalam budaya tradisional
yang telah lama menjadi pedoman dalam berperilaku. Budaya Jawa sebagai bagian
dari budaya tradisonal Indonesia juga
mengalami hal yang sama. Seiring dengan laju perkembangan informasi dan
komunikasi yang begitu pesat, nilai-nilai tata krama, terutama bagi generasi
muda sudah semakin menipis. Perkembangan tersebut berpengaruh pada memudarnya
aturan-aturan tata krama Jawa.
Tata krama adalah aturan yang diajarkan secara
turun-temurun yang berguna dalam bergaul dengan orang lain. Tata krama Jawa
mencakup aturan- aturan dalam bersikap dan bergaul terhadap orang yang lebih
tua atau muda, makan, duduk, berpakaian dan bertuturkata. Tata krama ini
menentukan bagaimana seseorang harus bersikap terhadap orang lain, yang
tujuannya adalah untuk menjaga keselarasan dalam hidup bermasyarakat.
Orang Jawa sebenarnya sangat menjunjung tinggi nilai
tata krama kepada orang lain. Sikap tersebut umumnya ditujukan terhadap orang
yang lebih tua atau dituakan karena orang Jawa sangat mementingkan adanya
kerukunan dan keselarasan dalam hidup bermasyarakat. Di dalam tata krama itu
pula terdapat suatu pedoman bagaimana cara seseorang menghargai keberadaan
orang lain.
Masyarakat di Dusun Selorejo, Sodo, Paliyan,
Gunungkidul kebanyakan mata pencaharian sebagai petani. Walaupun di desa tetapi
jarak antar rumah sangat dekat. Hal tersebut yang menyebabkan kehidupan sosial
masyarakat di Dusun Selorejo sangat erat. Namun yang saya amati saat ini
generasi muda kurang memiliki tata krama kepada orang yang lebih tua. Hal ini
yang menyebabkan keingintahuan penulis tentang tatakrama anak-anak atau
generasi muda di Dusun Selorejo tersebut.
B. Rumusan
Masalah
Bagaimana tata
krama anak remaja di Dusun Selorejo saat ini?
C. Tujuan
Mengetahui tata krama ana
remaja di Dusun Selorejo saat ini.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Sikap
Sikap merupakan suatu hal yang cukup banyak
dibicarakan dalam dunia psikologi. Hal ini tampaknya disebabkan oleh sifat dari
sikap itu sendiri yang merupakan penghubung antara keadaan psikologis individu
dengan orientasi objek dalam dunia individu itu sendiri (Newcomb dalam Jahoda
& Warren, 1970). Sikap ialah suatu hal yang menentukan sifat, hakekat, baik
perbuatan sekarang maupun yang akan datang (Ahmadi, 1991).
Menurut Chaplin (2000) sikap merupakan satu
predisposisi atau kecenderunan yang relatif stabil dan berlangsung
terus-menerus untuk bertingkah laku atau untuk mereaksi dengan satu cara
tertentu terhadap pribadi lain, lembaga, atau persoalan tertentu. Sikap juga merupakan
kecenderungan untuk mereaksi terhadap orang, institusi atau kejadian, baik
secara positif maupun negatif.
Sikap adalah suatu tingkatan afeksi baik yang
bersifat positif maupun negatif dalam hubungannya dengan objek-objek psikologis
(Thurstone dalam Walgito, 1991). Afeksi yang positif yaitu afeksi senang,
sedangkan afeksi negatif adalah afeksi yang tidak menyenangkan.
Newcomb (Jahoda & Warren, 1970) mendefinisikan
sikap sebagai suatu organisasi proses-proses psikologis individu yang
diinferensikan dari perilakunya yang ditujukan pada aspek-aspek diluar dirinya
yang ia peroleh dari aspek-aspek lainnya.
Definisi diatas memberikan gambaran bahwa sikap
merupakan pandangan atau keyakinan yang terbentuk dari pengalaman seseorang
terhadap stimulus tertentu. Pandangan ini kemudian direfleksikan pada suatu
stimulus tertentu yang sama atau hampir sama dengan stimulus yang pernah
dihadapi dalam pengalaman sebelumnya. Hasil dari refleksi ini adalah pandangan
positif atau negatif individu terhadap stimulus tersebut, baik itu dalam ranah
perasaan, pemikiran, maupun pada tindakan individu tersebut.
B. Tata
krama Jawa
Tata krama berasal dari bahasa Jawa yang biasa
diartikan dengan adat sopan santun atau dalam bahasa Jawa disebut dengan
unggah-ungguh yaitu adat istiadat yang berkaitan dengan interaksi sosial antar
sesama manusia baik dalam keluarga ataupun lingkungan masyarakat (Darsono,
dalam Ariani, dkk, 2002).
Sedangkan oleh Taryati, dkk (1995), disebutkan bahwa
tata krama atau sopan santun adalah suatu tata cara atau aturan yang turun
temurun telah berkembang dalam suatu budaya masyarakat, yang berguna dalam
bergaul dengan orang lain agar terjalin hubungan yang akrab, saling pengertian
hormat-menghormati menurut adat yang telah ditentukan.
Menurut Supajar (dalam Ariani, dkk, 2002) tata krama
antara manusia dengan sesamanya dibedakan antara yang muda dengan yang lebih tua
(anak-bapak, adik-kakak, murid-guru); bawahan–atasan (anak buah-pimpinan);
suami - istri, teman akrab atau baru dan sebagainya. Ariani,dkk (2002)
mengatakan adanya pengelompokan tatanan dalam berinteraksi tersebut
mengharuskan orang Jawa untuk berperilaku atau berbicara sebagaimana seharusnya
diwujudkan ketika berinteraksi dengan seseorang. Ketika berinteraksi dengan
sesamanya tersebut orang Jawa harus melihat posisi yang diajak berinteraksi.
Hal itu sangat penting untuk menentukan bagaimana seseorang harus bersikap.
Sedangkan menurut Sukari, dkk (1992) tata krama adalah peraturan tidak tertulis
yang merupakan tolok ukur tinggi rendahnya kesesusilaan seseorang dalam
pergaulan sesamanya.
Berdasarkan uraian diatas disimpulkan bahwa tata
krama Jawa adalah suatu tata cara atau aturan yang turun temurun telah
berkembang dalam suatu budaya dan adat istiadat yang berkaitan dengan interaksi
sosial antar sesama manusia baik dalam keluarga ataupun lingkungan masyarakat,
yang berguna dalam bergaul dengan orang lain agar terjalin hubungan yang akrab,
saling pengertian hormat-menghormati menurut adat istiadat Jawa.
C. Pengertian
Remaja
Remaja berasal dari kata latin adolescere yang
berarti tumbuh menjadi dewasa (Hurlock, 1994). Remaja merupakan salah satu masa
perkembangan yang harus dilewati setiap individu. Di bawah ini adalah definisi
remaja yang dikemukakan oleh para ahli.
Remaja dimaksudkan sebagai periode transisi antara
masa anak-anak dan masa dewasa. Batasan usianya tidak ditentukan dengan jelas,
tetapi kira-kira berawal dari usia 12 sampai akhir usia belasan, saat
pertumbuhan fisik hampir lengkap. Selama periode ini, orang muda membentuk maturitas
seksual dan menegakkan identitas sebagai individu yang terpisah dari keluarga
(Atkinson, dkk., 2001).
Menurut Monks (1999) remaja atau adolescent adalah
masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Masa remaja ini berada
diantara masa kanak-kanak dan masa dewasa bukan termasuk golongan anak, tetapi
juga bukan termasuk golongan dewasa. Masa remaja menunjukkan dengan jelas
sifat-sifat masa transisi atau peralihan karena masa remaja belum memperoleh
status dewasa tetapi tidak lagi memiliki status anak-anak (Calon dalam Monks,
1999).
Menurut Gunarsa (1982) masa remaja adalah masa
peralihan dari masa anak kemasa dewasa yang ditandai oleh berbagai macam
perubahan psikis dan fisik. Ia menyebutkan usia 12-22 tahun sebagai masa
remaja.
Monks (1999) mengungkapkan bahwa rentang umur pada
remaja dibagi lagi menjadi tiga yaitu: 12-15 tahun adalah masa remaja awal,
usia 15-18 tahun adalah remaja pertegahan, sedangkan umur 18-21 adalah masa
remaja akhir.
Kesimpulannya adalah, masa remaja merupakan masa
peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang berkisar antara 12 sampai
dengan 21 tahun. Subjek dalam penelitian ini adalah remaja pertegahan yang
berumur 15-18 tahun.
D. Perkembangan
Sosial Remaja
Masa remaja merupakan masa yang paling banyak
mengalami perubahan dalam segi sosial. Dalam perkembangan sosial remaja dapat
dilihat adanya dua macam gerak yaitu, pertama memisahkan diri dari orang tua.
Kedua menuju ke arah teman-teman sebaya. Kedua gerak tersebut erat kaitannya
karena apabila gerak pertama tanpa adanya gerak kedua akan menyebabkan rasa
kesepian. Kedua gerak ini merupakan suatu reaksi terhadap status interim
(posisi yang sebagian diberikan oleh orang tua dan sebagian diperoleh dengan
usaha sendiri) anak muda (Monks, 1999).
Remaja banyak bergaul dengan teman sebaya sebagai
kelompok, maka pengaruh teman sebaya sangat besar. Pengaruh tersebut meliputi
sikap, pembicaraan, minat, penampilan, sampai pada perilaku. Pengaruh teman
sebaya terhadap perilaku lebih besar daripada pengaruh yang diberikan keluarga
(Hurlock, 1994).
Disisi lain, remaja mudah dipengaruhi oleh
lingkungan. Umumnya, remaja lebih peka terhadap reaksi-reaksi lingkungan
yang ada disekitarnya. Baik itu dari
media massa, televisi, film atau orang-orang disekitarnya (Herdiyani, 2004).
Informasi-informasi baru selalu menarik perhatian remaja dan atau teman
sebayanya.
Dari uraian diatas dapat dapat diketahui bahwa remaja
sangat dipengaruhi oleh teman sebayanya dan disisi lain remaja juga dipengaruhi
oleh lingkungannya. Maka dengan kata lain remaja dalam menentukan sikapnya
terhadap sesuatu dapat dipengaruhi oleh lingkungannya baik secara langsung
maupun tidak langsung yaitu melalui teman sebayanya.
E. Tata
krama remaja di Dusun Selorejo
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
tatakrama remaja di Dusun Selorejo.
Apakah masyarakat di Dusun Selorejo tersebut memiliki tata krama yang baik atau
sebaliknya.
Penulis melakukan penelitian dengan cara wawancara dengan warga Dusun
Selorejo. Penulis melakukan wawancara dengan dua orang warga di Dusun tersebut,
yaitu dengan bapak Purna Suwito dan Bapak Cip Parso. Ada dua rekaman sebagai
hasil penelitian ini.
Berikut
adalah pertanyaan yang penulis ajukan kepada warga di Dusun Selorejo.
“kados pundi miturut pamanggih bapak babagan basa
jawa ugi tata krama wonten dhusun Selorejo menika?”
Berikut jawaban hasil rekaman dari bapak Purna
Suwita :
“sing jenenge basa jawa, kui wong biyen karo saiki
kui beda. Gampang wong biyen, mergane saiki kui ora di budaya. Lha mbok menawa
nek iki mengko di budaya. Bocah saiki kui isa due unggah ungguh kaya wong
mbiyen. Lha iki lho sue sue nyelot entek. Tak delok ning telefisi ana majune,
dadi ana perkembangane. Dadi jawa kui kaya arep urip meneh. Lha kamangka iki
sing luih penting saka SD, SMP, lan SMA. Sing jenenge tata krama jawa kui jane
pemerintah mbutuhake. Merga tata krama wong jawa kui ning ngendi wae isa ditampa
masarakat.“
Kemudian ini jawaban hasil rekaman dari bapak Cip
Parso.
“mula bukane wong-wong kuna kui sing nularke basa
jawa sopan santun. Dene saiki kui ilang kui merga generasine saiki kaya dene
nglerwakke. Kamangka asale awak dhewe seka jawa. Ananging bocah jaman saiki kui
basa jawa kesopanan kkaya dene meh ilang. Mula yen generasine saiki ora di
terusake. Basa jawa kesopanan kui iso ilang. Mula saiki generasi penerus nek
arep di wulang basa jawa, di wulang kesopanan aku dhewe sarujuk.tak suwun
generasi saiki neruske le nyinau lan neerapke basa jawa kui. Merga basa jawa
kui apik manfaate. Kesopanane ana, supaya bocah kui ora nranyak karo wong
tua.meneh meneh bocah-bocah kui matrapake basa sing pas. Kudu disinau. Iso
matrapake basa sing dinggo guneman karo wong tua, lan karo kanca saumuran.
Dari kedua hasil wawancara tersebut dapat diketahui
bahwa memang benar generasi muda di Dusun Selorejo saaat ini memang kurang
memiliki tatak rama yang baik. Di karenakan generasi saat ini seperti
meninggalkan bahasa jawa. Padahal di dalam bahasa jawa di ajarkan tata krama,
unggah ungguh yang dapat mudah di terima oleh masyarakat. Seharusnya pemerintah
juga berperan dalam pengembangan bahasa Jawa. Agar generasi saat ini memiliki
tata krama yang baik. Melalui lembaga pendidikan dari TK, SD, SMP, dan juga SMA
seharusnya tidak memandang bahasa Jawa dengan sebelah mata. Seharusnya lebih di
tekankan lagi penerapannya. Mungkin juga untuk melatih berbahasa dan juga sopan
santun, bisa dengan menarapkan sistem satu hari berbahasa jawa.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dapat di simpulkan bahwa
memang benar generasi muda di Dusun Selorejo, Sodo, Paliyan, Gunungkidul saaat
ini memang kurang memiliki tatak rama yang baik. Generasi saat ini seperti
meninggalkan bahasa jawa. Padahal di dalam bahasa jawa di ajarkan tata krama,
unggah ungguh yang dapat mudah di terima oleh masyarakat di daerah lain.
B.
Saran
Di harapkan dapat memberikan
masukan yang berharga mengenai sikap remaja terhadap tata krama Jawa dalam menghormati
orang tua di Dusun Selorejo khususnya dan juga di daerah lain, sehingga dapat
menjadi contoh nyata dalam penanaman dan pembinaan nilai-nilai budaya Jawa
khususnya dalam hal tata krama. Kegiatan yang mendorong dalam hal tata krama di
daerah ini dapat menjadi acuan dalam penanaman dan pembinaan nilai-nilai tata
krama budaya Jawa bagi orang tua maupun praktisi pendidikan di daerah lain.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar. (2005). Sikap
Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Gunarsa, Singgih. (1982). Psikologi Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Ariani, dkk.
(2002). Tata krama Suku Bangsa Jawa di
Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Badan
Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata Balai Kajian Sejarah dan Nilai
Tradisional Yogyakarta.
LAMPIRAN
(wawancara
dengan bapak Purna Suwito)
(wawancara
dengan bapak Cip Parso)
(fenomena
anak yang kurang sopan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar