Kamis, 23 November 2017

TUGAS AKHIR SOSIO ANTROPOLOGI PENDIDIKAN





















Dosen Pengampu :

Disusun Oleh :
Bukhori Filallahi (16205241052)


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAERAH/ JAWA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2017



KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Lunturnya Tata Krama Anak Remaja Kepada Orang Tua di Dusun Selorejo ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga penulis berterima kasih pada Ibu Aris Martiana, S.Pd., M.Si selaku Dosen mata kuliah Sosio Antropologi Pendidikan yang telah memberikan tugas ini.

       Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai sopan santun anak kepada orang tua yang baik. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah penulis buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

       Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis maupun orang yang membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan penulis memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.
Yogyakarta, 9 Desember 2017
Penulis,


Bukhori Filallahi


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................. ii         
DAFTAR ISI................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang................................................................................... 4
B.     Rumusan Masalahan........................................................................... 5
C.     Tujuan................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Sikap................................................................................ 6
B.     Tata Krama Jawa................................................................................ 7
C.     Pengertian Remaja............................................................................. 7
D.    Perkembangan Sosial Remaja............................................................ 8
E.     Tata Krama Remaja di Dusun Selorejo.............................................. 9
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan......................................................................................... 12
B.     Saran................................................................................................... 12
Daftar Pustaka................................................................................................ 13
Lampiran........................................................................................................ 14




BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Ciri masyarakat Indonesia saat ini adalah sebagai masyarakat transisi yang sedang beranjak dari keadaanya yang tradisional menuju kepada kondisi yang lebih modern (Sarwono, 1989). Masyarakat Indonesia dihadapkan pada budaya asing yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan nilai-nilai dalam budaya tradisional yang telah lama menjadi pedoman dalam berperilaku. Budaya Jawa sebagai bagian dari budaya tradisonal Indonesia juga mengalami hal yang sama. Seiring dengan laju perkembangan informasi dan komunikasi yang begitu pesat, nilai-nilai tata krama, terutama bagi generasi muda sudah semakin menipis. Perkembangan tersebut berpengaruh pada memudarnya aturan-aturan tata krama Jawa.
Tata krama adalah aturan yang diajarkan secara turun-temurun yang berguna dalam bergaul dengan orang lain. Tata krama Jawa mencakup aturan- aturan dalam bersikap dan bergaul terhadap orang yang lebih tua atau muda, makan, duduk, berpakaian dan bertuturkata. Tata krama ini menentukan bagaimana seseorang harus bersikap terhadap orang lain, yang tujuannya adalah untuk menjaga keselarasan dalam hidup bermasyarakat.
Orang Jawa sebenarnya sangat menjunjung tinggi nilai tata krama kepada orang lain. Sikap tersebut umumnya ditujukan terhadap orang yang lebih tua atau dituakan karena orang Jawa sangat mementingkan adanya kerukunan dan keselarasan dalam hidup bermasyarakat. Di dalam tata krama itu pula terdapat suatu pedoman bagaimana cara seseorang menghargai keberadaan orang lain.
Masyarakat di Dusun Selorejo, Sodo, Paliyan, Gunungkidul kebanyakan mata pencaharian sebagai petani. Walaupun di desa tetapi jarak antar rumah sangat dekat. Hal tersebut yang menyebabkan kehidupan sosial masyarakat di Dusun Selorejo sangat erat. Namun yang saya amati saat ini generasi muda kurang memiliki tata krama kepada orang yang lebih tua. Hal ini yang menyebabkan keingintahuan penulis tentang tatakrama anak-anak atau generasi muda di Dusun Selorejo tersebut.

B.       Rumusan Masalah
Bagaimana tata krama anak remaja di Dusun Selorejo saat ini?
C.      Tujuan
Mengetahui tata krama ana remaja di Dusun Selorejo saat ini.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Sikap
Sikap merupakan suatu hal yang cukup banyak dibicarakan dalam dunia psikologi. Hal ini tampaknya disebabkan oleh sifat dari sikap itu sendiri yang merupakan penghubung antara keadaan psikologis individu dengan orientasi objek dalam dunia individu itu sendiri (Newcomb dalam Jahoda & Warren, 1970). Sikap ialah suatu hal yang menentukan sifat, hakekat, baik perbuatan sekarang maupun yang akan datang (Ahmadi, 1991).
Menurut Chaplin (2000) sikap merupakan satu predisposisi atau kecenderunan yang relatif stabil dan berlangsung terus-menerus untuk bertingkah laku atau untuk mereaksi dengan satu cara tertentu terhadap pribadi lain, lembaga, atau persoalan tertentu. Sikap juga merupakan kecenderungan untuk mereaksi terhadap orang, institusi atau kejadian, baik secara positif maupun negatif.
Sikap adalah suatu tingkatan afeksi baik yang bersifat positif maupun negatif dalam hubungannya dengan objek-objek psikologis (Thurstone dalam Walgito, 1991). Afeksi yang positif yaitu afeksi senang, sedangkan afeksi negatif adalah afeksi yang tidak menyenangkan.
Newcomb (Jahoda & Warren, 1970) mendefinisikan sikap sebagai suatu organisasi proses-proses psikologis individu yang diinferensikan dari perilakunya yang ditujukan pada aspek-aspek diluar dirinya yang ia peroleh dari aspek-aspek lainnya.
Definisi diatas memberikan gambaran bahwa sikap merupakan pandangan atau keyakinan yang terbentuk dari pengalaman seseorang terhadap stimulus tertentu. Pandangan ini kemudian direfleksikan pada suatu stimulus tertentu yang sama atau hampir sama dengan stimulus yang pernah dihadapi dalam pengalaman sebelumnya. Hasil dari refleksi ini adalah pandangan positif atau negatif individu terhadap stimulus tersebut, baik itu dalam ranah perasaan, pemikiran, maupun pada tindakan individu tersebut.
B.     Tata krama Jawa
Tata krama berasal dari bahasa Jawa yang biasa diartikan dengan adat sopan santun atau dalam bahasa Jawa disebut dengan unggah-ungguh yaitu adat istiadat yang berkaitan dengan interaksi sosial antar sesama manusia baik dalam keluarga ataupun lingkungan masyarakat (Darsono, dalam Ariani, dkk, 2002).
Sedangkan oleh Taryati, dkk (1995), disebutkan bahwa tata krama atau sopan santun adalah suatu tata cara atau aturan yang turun temurun telah berkembang dalam suatu budaya masyarakat, yang berguna dalam bergaul dengan orang lain agar terjalin hubungan yang akrab, saling pengertian hormat-menghormati menurut adat yang telah ditentukan.
Menurut Supajar (dalam Ariani, dkk, 2002) tata krama antara manusia dengan sesamanya dibedakan antara yang muda dengan yang lebih tua (anak-bapak, adik-kakak, murid-guru); bawahan–atasan (anak buah-pimpinan); suami - istri, teman akrab atau baru dan sebagainya. Ariani,dkk (2002) mengatakan adanya pengelompokan tatanan dalam berinteraksi tersebut mengharuskan orang Jawa untuk berperilaku atau berbicara sebagaimana seharusnya diwujudkan ketika berinteraksi dengan seseorang. Ketika berinteraksi dengan sesamanya tersebut orang Jawa harus melihat posisi yang diajak berinteraksi. Hal itu sangat penting untuk menentukan bagaimana seseorang harus bersikap. Sedangkan menurut Sukari, dkk (1992) tata krama adalah peraturan tidak tertulis yang merupakan tolok ukur tinggi rendahnya kesesusilaan seseorang dalam pergaulan sesamanya.
Berdasarkan uraian diatas disimpulkan bahwa tata krama Jawa adalah suatu tata cara atau aturan yang turun temurun telah berkembang dalam suatu budaya dan adat istiadat yang berkaitan dengan interaksi sosial antar sesama manusia baik dalam keluarga ataupun lingkungan masyarakat, yang berguna dalam bergaul dengan orang lain agar terjalin hubungan yang akrab, saling pengertian hormat-menghormati menurut adat istiadat Jawa.
C.    Pengertian Remaja
Remaja berasal dari kata latin adolescere yang berarti tumbuh menjadi dewasa (Hurlock, 1994). Remaja merupakan salah satu masa perkembangan yang harus dilewati setiap individu. Di bawah ini adalah definisi remaja yang dikemukakan oleh para ahli.
Remaja dimaksudkan sebagai periode transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa. Batasan usianya tidak ditentukan dengan jelas, tetapi kira-kira berawal dari usia 12 sampai akhir usia belasan, saat pertumbuhan fisik hampir lengkap. Selama periode ini, orang muda membentuk maturitas seksual dan menegakkan identitas sebagai individu yang terpisah dari keluarga (Atkinson, dkk., 2001).
Menurut Monks (1999) remaja atau adolescent adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Masa remaja ini berada diantara masa kanak-kanak dan masa dewasa bukan termasuk golongan anak, tetapi juga bukan termasuk golongan dewasa. Masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat-sifat masa transisi atau peralihan karena masa remaja belum memperoleh status dewasa tetapi tidak lagi memiliki status anak-anak (Calon dalam Monks, 1999).
Menurut Gunarsa (1982) masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak kemasa dewasa yang ditandai oleh berbagai macam perubahan psikis dan fisik. Ia menyebutkan usia 12-22 tahun sebagai masa remaja.
Monks (1999) mengungkapkan bahwa rentang umur pada remaja dibagi lagi menjadi tiga yaitu: 12-15 tahun adalah masa remaja awal, usia 15-18 tahun adalah remaja pertegahan, sedangkan umur 18-21 adalah masa remaja akhir.
Kesimpulannya adalah, masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang berkisar antara 12 sampai dengan 21 tahun. Subjek dalam penelitian ini adalah remaja pertegahan yang berumur 15-18 tahun.
D.    Perkembangan Sosial Remaja
Masa remaja merupakan masa yang paling banyak mengalami perubahan dalam segi sosial. Dalam perkembangan sosial remaja dapat dilihat adanya dua macam gerak yaitu, pertama memisahkan diri dari orang tua. Kedua menuju ke arah teman-teman sebaya. Kedua gerak tersebut erat kaitannya karena apabila gerak pertama tanpa adanya gerak kedua akan menyebabkan rasa kesepian. Kedua gerak ini merupakan suatu reaksi terhadap status interim (posisi yang sebagian diberikan oleh orang tua dan sebagian diperoleh dengan usaha sendiri) anak muda (Monks, 1999).
Remaja banyak bergaul dengan teman sebaya sebagai kelompok, maka pengaruh teman sebaya sangat besar. Pengaruh tersebut meliputi sikap, pembicaraan, minat, penampilan, sampai pada perilaku. Pengaruh teman sebaya terhadap perilaku lebih besar daripada pengaruh yang diberikan keluarga (Hurlock, 1994).
Disisi lain, remaja mudah dipengaruhi oleh lingkungan. Umumnya, remaja lebih peka terhadap reaksi-reaksi lingkungan yang  ada disekitarnya. Baik itu dari media massa, televisi, film atau orang-orang disekitarnya (Herdiyani, 2004). Informasi-informasi baru selalu menarik perhatian remaja dan atau teman sebayanya.
Dari uraian diatas dapat dapat diketahui bahwa remaja sangat dipengaruhi oleh teman sebayanya dan disisi lain remaja juga dipengaruhi oleh lingkungannya. Maka dengan kata lain remaja dalam menentukan sikapnya terhadap sesuatu dapat dipengaruhi oleh lingkungannya baik secara langsung maupun tidak langsung yaitu melalui teman sebayanya.
E.     Tata krama remaja di Dusun Selorejo
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tatakrama  remaja di Dusun Selorejo. Apakah masyarakat di Dusun Selorejo tersebut memiliki tata krama yang baik atau sebaliknya.
Penulis melakukan penelitian  dengan cara wawancara dengan warga Dusun Selorejo. Penulis melakukan wawancara dengan dua orang warga di Dusun tersebut, yaitu dengan bapak Purna Suwito dan Bapak Cip Parso. Ada dua rekaman sebagai hasil penelitian ini.
Berikut adalah pertanyaan yang penulis ajukan kepada warga di Dusun Selorejo.
“kados pundi miturut pamanggih bapak babagan basa jawa ugi tata krama wonten dhusun Selorejo menika?”


Berikut jawaban hasil rekaman dari bapak Purna Suwita :

“sing jenenge basa jawa, kui wong biyen karo saiki kui beda. Gampang wong biyen, mergane saiki kui ora di budaya. Lha mbok menawa nek iki mengko di budaya. Bocah saiki kui isa due unggah ungguh kaya wong mbiyen. Lha iki lho sue sue nyelot entek. Tak delok ning telefisi ana majune, dadi ana perkembangane. Dadi jawa kui kaya arep urip meneh. Lha kamangka iki sing luih penting saka SD, SMP, lan SMA. Sing jenenge tata krama jawa kui jane pemerintah mbutuhake. Merga tata krama wong jawa kui ning ngendi wae isa ditampa masarakat.“

Kemudian ini jawaban hasil rekaman dari bapak Cip Parso.

“mula bukane wong-wong kuna kui sing nularke basa jawa sopan santun. Dene saiki kui ilang kui merga generasine saiki kaya dene nglerwakke. Kamangka asale awak dhewe seka jawa. Ananging bocah jaman saiki kui basa jawa kesopanan kkaya dene meh ilang. Mula yen generasine saiki ora di terusake. Basa jawa kesopanan kui iso ilang. Mula saiki generasi penerus nek arep di wulang basa jawa, di wulang kesopanan aku dhewe sarujuk.tak suwun generasi saiki neruske le nyinau lan neerapke basa jawa kui. Merga basa jawa kui apik manfaate. Kesopanane ana, supaya bocah kui ora nranyak karo wong tua.meneh meneh bocah-bocah kui matrapake basa sing pas. Kudu disinau. Iso matrapake basa sing dinggo guneman karo wong tua, lan karo kanca saumuran.
Dari kedua hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa memang benar generasi muda di Dusun Selorejo saaat ini memang kurang memiliki tatak rama yang baik. Di karenakan generasi saat ini seperti meninggalkan bahasa jawa. Padahal di dalam bahasa jawa di ajarkan tata krama, unggah ungguh yang dapat mudah di terima oleh masyarakat. Seharusnya pemerintah juga berperan dalam pengembangan bahasa Jawa. Agar generasi saat ini memiliki tata krama yang baik. Melalui lembaga pendidikan dari TK, SD, SMP, dan juga SMA seharusnya tidak memandang bahasa Jawa dengan sebelah mata. Seharusnya lebih di tekankan lagi penerapannya. Mungkin juga untuk melatih berbahasa dan juga sopan santun, bisa dengan menarapkan sistem satu hari berbahasa jawa.



















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dapat di simpulkan bahwa memang benar generasi muda di Dusun Selorejo, Sodo, Paliyan, Gunungkidul saaat ini memang kurang memiliki tatak rama yang baik. Generasi saat ini seperti meninggalkan bahasa jawa. Padahal di dalam bahasa jawa di ajarkan tata krama, unggah ungguh yang dapat mudah di terima oleh masyarakat di daerah lain.
B.     Saran

Di harapkan dapat memberikan masukan yang berharga mengenai sikap remaja terhadap tata krama Jawa dalam menghormati orang tua di Dusun Selorejo khususnya dan juga di daerah lain, sehingga dapat menjadi contoh nyata dalam penanaman dan pembinaan nilai-nilai budaya Jawa khususnya dalam hal tata krama. Kegiatan yang mendorong dalam hal tata krama di daerah ini dapat menjadi acuan dalam penanaman dan pembinaan nilai-nilai tata krama budaya Jawa bagi orang tua maupun praktisi pendidikan di daerah lain.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar. (2005). Sikap Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Gunarsa, Singgih. (1982). Psikologi Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Ariani, dkk. (2002). Tata krama Suku Bangsa Jawa di Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Badan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta.




LAMPIRAN
 
  
(wawancara dengan bapak Purna Suwito)

(wawancara dengan bapak Cip Parso)

(fenomena anak yang kurang sopan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar